Namanya A. Pramono, atau Agus Pramonon pria yang sukses
beralih dari seorang office boy jadi bos rumah makan. Belasan tahun sudah berlalu
ketika dirinya mengadu nasib ke ibu kota Jakarta. Ia memulai semua dari bawah
sekali menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Lalu ia beralih profesi
menjadi seorang penjual ayam bakar pinggir jalan. Cukup sulit masa lalu Mas
Mono yang kini telah menjelma menjadi seorang milyarder.
Belasan tahun yang lalu ia masih harus menjalani hidup
sebagai OB disebuah perusahaan. Bosan menjadi OB perlahan ia menata hidupnya
menjadi pengasong gorengan dari SD ke SD, dari kompleks ke kompleks dengan
berjalan kaki. Putus kerja tapi hidup harus terus dilakukan, dengan modal
seadanya ia mulai merangkai hidup dengan menjual gorengan di depan SD.
Cukup lama ia menjadi penjual gorengan,sampai akhirnya ia
menemukan tempat yang cocok untuk mangkal dan mulai membuka usaha baru yaitu
ayam bakar. Dengan modal 500 ribu rupiah, ia mulai berjualan 5 ekor ayam
perhari. Wangi asap dari ayam bakarnya ternyata mampu menyedot pelanggan.
Dan akhirnya, pelanggannya makin berlimpah. Bahkan, Mas
Mono pun akhirnya mampu menghabiskan 80 ekor ayam per hari. Mas mono menganggap
bahwa usaha barunya ini adalah suatu peluang bisnis dan anugerah dalam
hidupnya. Bayangkan saja yang awalnya hanya menjual 5ekor perhari ketika sudah
mulai terkenal dan mangkal Mas Mono mampu menghabiskan ayam 10ekor dan 80ekor
perhari atau sekitar 380 potong ayam. Suatu pencapaian yang luar biasa ketika
awal membuka usaha di sekitar kaki lima.
Kunci
Kesuksesaan
Ayah dari satu anak yang kerab dipanggil
Mas Mono ini mengatakan bahwa kunci kesuksesan bisa diraihnya setelah melewati
proses panjang. Ia meyakini dalam hidup tidak ada yang namanya sukses instant. Artinya,
setiap kesuksesan itu membutuhkan perjuangan untuk mendapatkannya. "
Orang tidak
tahu ketika memulai usaha ini Mas Mono harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam
empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur,"
ujar Pramono. Mas mono awalnya berjualan ayam bakar di pinggir Jalan
Soepomo, Jakarta Selatan, persisnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat
itu, setiap hari-kecuali hari libur, dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk
berdagang. Dengan memakai kaos, celana gombrang dan sandal jepit, Pramono setia
melayani para pembeli yang baru datang pukul 14.00. Sebagian pembeli warungnya
adalah meraka para mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah
tersebut. Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi
inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan
kualitas hidup. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan
swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luang belajar komputer. Bukan bermain
bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai
keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar.
Mas Mono benar,
karirnya cepat naik karena selalu belajar menjadi lebih baik. Waktu itu ia
telah mencapai jabatan supervisi. Meski jabatan telah tinggi dalam dirinya
masih tertantang untuk terus meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma
satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga
dan orangtuanya. Di tahun 2001, dia keluar dari perusahaan tersebut dan memulai
usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta
Selatan.
Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi
Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung
rugi laba. Baginya yang terpenting adalah melakukan aksi bukan cuma teori. Banyak
saudara Mas Mono yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal
berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari.
Meski menghadapi banyak tantangan Mas
Mono tidak mudah menyerah. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di
seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan
peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya
dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah
suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus
dibersihkan dulu. Terlepas
dari peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono
berkembang pesat. Dia mempunyai 13 cabang dan dalam satu hari bisa menjual
1.000 ekor ayam. Bila kita melihat tempat makan tersebut kelihatan sempit
sekali kira-kira berdiameter 3 x 5 meter. Tetapi yang bikin menariknya lagi
tempat tersebut dipenuhi oleh foto-foto para artis terkenal dan disertai tanda
tangan yang rata-rata mengatakan "ayam bakar mas mono uenak tenan..",
Tapi tempat bagi saya tidak penting, tetapi yang paling penting adalah
menyantap ayam bakarnya yang tiada duanya, ujarnya..
Dan lama kelamaan bisnis itu kini sudah mempunyai tujuh anak cabang antara lain:
1. Jl. Soepomo, depan Universitas Sahid
2. Jl. Tebet Timur Dalam No. 48
3. Jl. Pangadegan Selatan Raya
4. Jl. Pulo Nangka Barat II No. 86
5. Kantin Kampus ASMI - Pulo Mas
6. Jl. Inspeksi Saluran E 26 - Kalimalang
Dan pusatnya sendiri berada di Jl. Tebet Raya No. 57, Tebet - Jakarta Selatan. Telp. 92811166, Hp. 08128218674. Tempat tersebut buka pada jam 08.30 - 21.00. Ayam bakar Mas Mono ini menerima pesanan lho..mulai dari tumpeng, nasi box, prasmanan untuk pesta, sampai bazaar.
Dan lama kelamaan bisnis itu kini sudah mempunyai tujuh anak cabang antara lain:
1. Jl. Soepomo, depan Universitas Sahid
2. Jl. Tebet Timur Dalam No. 48
3. Jl. Pangadegan Selatan Raya
4. Jl. Pulo Nangka Barat II No. 86
5. Kantin Kampus ASMI - Pulo Mas
6. Jl. Inspeksi Saluran E 26 - Kalimalang
Dan pusatnya sendiri berada di Jl. Tebet Raya No. 57, Tebet - Jakarta Selatan. Telp. 92811166, Hp. 08128218674. Tempat tersebut buka pada jam 08.30 - 21.00. Ayam bakar Mas Mono ini menerima pesanan lho..mulai dari tumpeng, nasi box, prasmanan untuk pesta, sampai bazaar.
Saya
jamin anda yang pernah merasakan kenikmatan rasa dari ayam bakar Mas Mono ini
akan menambah porsi makan, termasuk saya tentunya.Uenaaaaakkk Tenann lhooo !!!!!!!
Usaha Ayam bakar Mas Mono ketika masih di kaki lima
Ayam Bakar Mas Mono saat telah berada di ruko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar