Rabu, 21 September 2016

Biografi Wirausaha Sukses!!!



Namanya A. Pramono, atau Agus Pramonon pria yang sukses beralih dari seorang office boy jadi bos rumah makan. Belasan tahun sudah berlalu ketika dirinya mengadu nasib ke ibu kota Jakarta. Ia memulai semua dari bawah sekali menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Lalu ia beralih profesi menjadi seorang penjual ayam bakar pinggir jalan. Cukup sulit masa lalu Mas Mono yang kini telah menjelma menjadi seorang milyarder.

Belasan tahun yang lalu ia masih harus menjalani hidup sebagai OB disebuah perusahaan. Bosan menjadi OB perlahan ia menata hidupnya menjadi pengasong gorengan dari SD ke SD, dari kompleks ke kompleks dengan berjalan kaki. Putus kerja tapi hidup harus terus dilakukan, dengan modal seadanya ia mulai merangkai hidup dengan menjual gorengan di depan SD.

Cukup lama ia menjadi penjual gorengan,sampai akhirnya ia menemukan tempat yang cocok untuk mangkal dan mulai membuka usaha baru yaitu ayam bakar. Dengan modal 500 ribu rupiah, ia mulai berjualan 5 ekor ayam perhari. Wangi asap dari ayam bakarnya ternyata mampu menyedot pelanggan.

Dan akhirnya, pelanggannya makin berlimpah. Bahkan, Mas Mono pun akhirnya mampu menghabiskan 80 ekor ayam per hari. Mas mono menganggap bahwa usaha barunya ini adalah suatu peluang bisnis dan anugerah dalam hidupnya. Bayangkan saja yang awalnya hanya menjual 5ekor perhari ketika sudah mulai terkenal dan mangkal Mas Mono mampu menghabiskan ayam 10ekor dan 80ekor perhari atau sekitar 380 potong ayam. Suatu pencapaian yang luar biasa ketika awal membuka usaha di sekitar kaki lima.



Kunci Kesuksesaan
  
Ayah dari satu anak yang kerab dipanggil Mas Mono ini mengatakan bahwa kunci kesuksesan bisa diraihnya setelah melewati proses panjang. Ia meyakini dalam hidup tidak ada yang namanya sukses instant. Artinya, setiap kesuksesan itu membutuhkan perjuangan untuk mendapatkannya. "

Orang tidak tahu ketika memulai usaha ini Mas Mono harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur," ujar Pramono. Mas mono awalnya berjualan ayam bakar di pinggir Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, persisnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat itu, setiap hari-kecuali hari libur, dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk berdagang. Dengan memakai kaos, celana gombrang dan sandal jepit, Pramono setia melayani para pembeli yang baru datang pukul 14.00. Sebagian pembeli warungnya adalah meraka para mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah tersebut. Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas hidup. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luang belajar komputer. Bukan bermain bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar.

Mas Mono benar, karirnya cepat naik karena selalu belajar menjadi lebih baik. Waktu itu ia telah mencapai jabatan supervisi. Meski jabatan telah tinggi dalam dirinya masih tertantang untuk terus meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga dan orangtuanya. Di tahun 2001, dia keluar dari perusahaan tersebut dan memulai usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. 

Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba. Baginya yang terpenting adalah melakukan aksi bukan cuma teori. Banyak saudara Mas Mono yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari.

Meski menghadapi banyak tantangan Mas Mono tidak mudah menyerah. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus dibersihkan dulu. Terlepas dari peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono berkembang pesat. Dia mempunyai 13 cabang dan dalam satu hari bisa menjual 1.000 ekor ayam. Bila kita melihat tempat makan tersebut kelihatan sempit sekali kira-kira berdiameter 3 x 5 meter. Tetapi yang bikin menariknya lagi tempat tersebut dipenuhi oleh foto-foto para artis terkenal dan disertai tanda tangan yang rata-rata mengatakan "ayam bakar mas mono uenak tenan..", Tapi tempat bagi saya tidak penting, tetapi yang paling penting adalah menyantap ayam bakarnya yang tiada duanya, ujarnya..
Dan lama kelamaan bisnis itu kini sudah mempunyai tujuh anak cabang antara lain:

1. Jl. Soepomo, depan Universitas Sahid
2. Jl. Tebet Timur Dalam No. 48
3. Jl. Pangadegan Selatan Raya
4. Jl. Pulo Nangka Barat II No. 86
5. Kantin Kampus ASMI - Pulo Mas
6. Jl. Inspeksi Saluran E 26 - Kalimalang

Dan pusatnya sendiri berada di Jl. Tebet Raya No. 57, Tebet - Jakarta Selatan. Telp. 92811166, Hp. 08128218674. Tempat tersebut buka pada jam 08.30 - 21.00. Ayam bakar Mas Mono ini menerima pesanan lho..mulai dari tumpeng, nasi box, prasmanan untuk pesta, sampai bazaar.


Saya jamin anda yang pernah merasakan kenikmatan rasa dari ayam bakar Mas Mono ini akan menambah porsi makan, termasuk saya tentunya.Uenaaaaakkk Tenann lhooo !!!!!!!

 Usaha Ayam bakar Mas Mono ketika masih di kaki lima









Ayam Bakar Mas Mono saat telah berada di ruko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar